Konsep Folksonomi Pada Web 2.0

Folksonomi merupakan hasil Pengategorian oleh Pengguna. Secara demokratis pengguna menerapkan tag sesuai dengan kecocokan mereka terhadap isi materi. Folksonomi mengatasi kerumitan konsep kategori yang terstruktur formal dan bertingkat yang disebut taksonomi. Kelemahan folksonomi tentunya ada, misalnya tidak luput dari derau (noise), bisa terjadi ada banyak tag/label yang kosakatanya salah, namun dengan prosesnya yang setara di antara semua user tag/label yang tidak cocok akan sedikit dipakai, kecuali mungkin suatu saat ada terjadi abuse besar-besaran terhadap sebuah tag/label.

Dalam dunia digital saat ini ruang penyimpanan data/dokumen semakin besar dan murah serta melibatkan satuan data dalam skala ribuan hingga jutaan dalam sebuah komputer personal. Folksonomi mempermudah pencarian tanpa perlu sang manusia berpikir terlalu banyak. Ketika koleksi foto disimpan dan diatur menggunakan perangkat lunak Picasa atau f-spot dengan ditempeli label oleh penggunanya maka di saat melakukan pencarian pengguna cukup mencarinya dengan kata kunci keyword yang mudah diingat, tanpa perlu mengingat nama berkas foto tersebut. Dunia komputer dan komputasi telah semakin meringankan kerja manusia dan dunia internet tumbuh mendemokrasikan interaksi dan kehidupan di antara penggunanya.

Dalam dunia blog, folksonomi tag atau label sudah menjadi alat utama sebagai metadata. Pencarian catatan dari jutaan blog di Technorati dimudahkan dengan adanya tag. Setiap blog yang melakukan pingback ke server Technorati selain berisi judul dan isi ringkas juga disertai dengan tag. Tag yang banyak dipakai mengindikasikan kesepakatan tak tertulis tentang isi/materi catatan blog.

0 Response to "Konsep Folksonomi Pada Web 2.0"

Posting Komentar